Menurut Jomen, bangunan itu hanya sekadar pajangan di pusat Kota Siantar. Museum, lanjutnya, tak lagi dianggap sebagai sesuatu yang menawan.
"Udah seringnya itu kuusulkan supaya ada sedikit dana untuk membuat supaya itu jadi lebih menarik. Supaya orang mau berkunjung kemari. Ke Pemkab (Simalungun) udah, ke Pemko (Pematangsiantar) udah," ujarnya, Kamis (21/8).
Setiap hari, tak selalu ada pengunjung yang mendatangi Museum Simalungun. Jika ada yang datang, palingan hanya dua sampai empat pengunjung.
"Mana ada yang datang. Tengoklah sendiri kayak hari ini. Satu pun enggak ada yang datang. Sehari belum tentu ada yang datang. Kalau ada yang datang pun paling dua, tiga, empat," kata Jomen.
Masalah sepinya Museum Simalungun telah menjadi sorotan sejak lama. Menurut Jomen, pemerintah serta masyarakat Siantar dan sekitarnya seakan tak menganggap museum itu sebagai tempat yang menarik.
"Anda saja yang lantaran bukan orang sini. Kalau orang sini udah gak ada lagi yang peduli. Sekolah-sekolah aja pun enggak ada siswanya yang kemari," tambahnya.
Museum Simalungun terletak di pusat Kota Siantar, tepatnya di Jalan Sudirman, sebelah Kantor Polres Pematangsiantar.
Setiap hari, museum buka dari pagi sampai pukul 18.00 Wib. Pengunjung yang masuk dikenakan tarif sebesar Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 2.000-Rp 4.000 untuk anak-anak dan remaja.
"Retribusi itu paling untuk operasional ajanya. Kayak listrik, air," tandas Jomen.
(Sumber: Tribun Medan)
No comments